Pada awalnya Aku memilih bercerai karena tidak tahan dengan kondisi, aku menunggu & berharap suami yang memaksaku menikah meski aku tidak ridlo memulainya, meski dari 1 tahun pernikahan hanya beberapa minggu kami bersama, itu pun hanya hitungan jari beberapa kali za tinggal bersama. 10 Bulan lebih kami berpisah hidup di rumah masing-masing seakan tidak pernah ada pernikahan yang mengerikan yang membuat aq stress sampe dengan sekarang. Untunglah ada kekasihku yang setia hingga saat ini yg tidak pernah lelah menunggu bahkan menemaniku meski hanya lewat gelombang cellular ato bahkan sesekali ketemu meski tidak sering, membuat aku semakin yakin di penghujung munajat nanti taqdir baik akan berpihak pada aku & kekasihku.
Rumah tangga yang aneh, begitulah teman-teman & tetanggaku bilang, sampai-sampai banyak orang menyangka (teman-teman dunia maya & teman2 kekasihku) aq & kekasihku adalah pasangan suami-istri yang harmonis. hanya lingkungan keluarga & tetangga sekitar saja yang tau suamiku sebenarnya. Penantian yang panjang dan melelahkan, aku mencoba dengan berbagai cara dari mulai mendialogkan kondisi pernikahan paksa ini dengan suamiku yang menyebalkan, konsultasi dengan berbagai ahli baik di dunia maya maupun di dunia nyata, sampai aku pernah datang ke Penghulu (teman dekat suamiku) mencoba memprotes tentang derita pernikahan paksa bagi jiwaku dan terakhir aku berkumpul dengan keluarga besarku aku nyatakan ke mereka bahwa aku sudah 'hoream' dengan kondisi ini, tak ada satu pun dari keluargaku yang ikut bertaqnggung jawab atas kondisi ini padahal merekalah yang MEMAKSA aku, mereka hanya cukup dengan kata-kata 'bersabar', taqdir dll.... meski kepada siapa lagi aku mengadukan dukaku ini. Kekasihku maafkan aku, meski dirimu sering bilang "asal ada laki-laki yang kecintaannya lebih dari aku, dan laki-laki itu dirimu cintai melebihi cintamu kpdku, aku tidak kebaratan jika dirimu memilih selainku, bahagiamu adalah tujuanku & sedihmu adalah airmataku" bgitulah kira-kira kata-kata yang pernah terlontar dari mulut kekasihku yang terngiang selalu dibenak'Q. Yaa Rabb, semakin aku ingin melupakan kekasihku semakin menderita jiwa ini, rinduku semakin mendera, aku ingin segera menjadi istrinya yang syah... aku lelah dengan keputusan yang menggantung, hampir 1 tahun berada di wilayah absurd, dicerai tidak, dinafkahi juga tidak... sementara kekasihku menunggu dengan berbagai pengorbanannya, termasuk dy mengorkankan berbagai rencana masa depannya karena menyertaiku dalam perjuangan, berharap takqdir baik berpihak pada kebersatuan kami dalam masa depan rumah tangga yg sakinah berdasarkan cinta & kasih sayang (mawaddah wa rohmah) di bawah naungan berkah dan ridlo Allah SWT.,
Sampai pada akhirnya..... nalarku buntu tak bisa lagi berfikir jernih, aku bingung apa yg harus aq lakukan, saat aq memilih kekasihku aku harus mengorbankan keluarga terutama aku takut oleh KK dan Pamanku dan hormatku pada Ema (ibuQ)... namun kalo aq harus memilih suamiku ah.. terlalu berat bagiku, aq tidak akan bisa melupakan kekasihku mungkin sepanjang hidupku, aq juga harus mendzalimi Ibu kekasihku yg dekat erat memperlakukan aq seperti anak sendiri, belum lagi ditambah hasil pencarianku terhadap beberapa keterangan bahwa pernikahan atas dasar pemaksaan, intimidasi itu tidak SYAH, belum lagi setelah sekarang aq tidak dinafkahi lahir bathin selama 10 bulan terakhir itu secara hukum bercerai... Yaa Rabb, semakin bingung... jalan mana yang harus kutempuh... berikan kekuatan Yaa Allah untuk memilih yg terbaik untuk dunia & akhiratku walo pun aku tak pernah bisa memilih jalan hidupku sendiri... Kenapa Keluargaku (KK, Paman & ibuQ memperlakukan aku seeperti ini) belum lagi laki2 yg memaksa menikahiku & keluarganya seakan tidak pernah peduli dengan kepentinganku, seakan tidak pernah merasakan penderitaan bathinku saat ini.... Aku serahkan segala Hidup & Matiku pada Taqdir-Mu Yaa Allah...... tampakkan keadilan dan kekuasaanmu, inilah aku yg lemah..... Ampuni segala dosa & kesalahanku masa lalu, berikan jalan keluar yg terbaik untuk aq, untuk kekasihku, untuk keluargaku & untuk semua Yaa ar hamarraahimiin....
0 komentar:
Posting Komentar