Minggu, 30 Oktober 2011

Renungan Seorang Wanita 'Marginal'

Seorang tetangga dekatku, yang biasa dipanggil Iyang pernah bilang kepadaku; "Ateh meni asa tidak ceria lagi seperti dulu sekarang mah Ateh Teh, jadi kao iyang pingin nanya & curhat spertti dulu teh aga khawatir, jangan sedih lagi ya Teh, iyang kangen liat Ateh sperti dulu, periang & selalu ceria. Sodaraku lain yg dari sumedang pun nadanya seperti itu meski dengan redaksi yang berbeda, orang-orang rumah pun mengatakan "Ateh teh asa sering nangis sekarang-sekarang mah"..... hah.... sungguh kepahitan jiwa ini tak mudah untuk disembunyikan, aku kira orang lain tidak tau & tidak merasakan kenestapaan jiwaku karena kondisi pemaksaan ini.

Kenapa aku sering tidak pernah bisa mempertahankan apa yang aku inginkan, sejak dahulu, sejak kecil seolah selalu dimarjinalkan di keluarga, sampai akhirnya untuk urusan jodoh pun aku harus dipaksa KAWIN dengan laki-laki yang tidak aku suka & tidak pernah diberikan kemerdekaan sama sekali walo hanya untuk menjawab TIDAAKKK, padahal ini menyangkut masa depan dunia akhiratku, belum lagi aq harus terpaksa berkhianat dengan kekasihQ & keluarganya, mereka terdzalimi dengan keputusan semua ini, yang serba dipaksa.

Aq tidak pernah mengerti jalan pemikiran keluarga memperlakukan aq seperti ini, apa yang mereka mau dari aq, Setelah sebelumnya aq selalu menurut sampai dengan urusan KAWIN PAKSA yg tidak bisa aku tolak sama sekali, kini setelah terjadi lalu GAGAL, mereka semua sepertinya lepas tangan dari semua masalah ini, harus menanggung beban ini sendiri dengan airmata yang tak pernah mereda, mereka hanya cukup dengan berkata "sabar".  Kemana PamanQ yang dulu keras memaksa aq: "Geus deuk nengan nu kumaha deui, geus cing nurut ka kolot!",  kemanan tanggung-jawab KK-Q yang dulu mensponsori aku, kemana airmata ibu yang dulu mengusir kekasihku, kemana semua orang yang dulu memaksa aq???"  Dari awal perjalanan Pernikahan paksa 1th sudah berlalu, walo hanya beberapa minggu kami bersatu itu pun jarang, 10 bulan lebih hidup dalam ketidak-jelasan, DICERAI tidak, DINAFKAHI juga tidak, padahal kami bertetangga; sehebat itukah seorang LAKI-LAKI sholeh, mengerti agama, orang terpandang, intelek, pengurus organisasi terhormat memperlakukan WANITA, seenak perutnya sendiri. Saat aku meminta cerai keluar berbagai argumen & bahkan dalil agama.... tapi kemana Dalil agama itu pada saat PERNIKAHAN PAKSA itu berlangsung, mendzalimi hak perempuan, tidak ditanya dan diminta persetujuan terlebih dahulu. Air mata & jiwa yang merontaku dia & mereka tidak pernah perduli yang penting keinginannya terlaksana dengan alasan DEMI KEHORMATAN KELUARGA.  Sebegitu hebatnya kehormtan keluarga TERPANDANG sampai-sampai tidak peduli dengan kepentingan & hak orang lain.

Minggu ini, tiba-tiba lelaki yang konon suamiku itu aga sering menghubungi aq by phone & sms, aih ternyata ujung-ujungnya mengajak aq untuk teraphi (HIPNOTERAPHI) setelah beberapa hari laki-laki itu dipanggil menemui KK-q.  Mereka mengira aku ada kelainan psikis tentang rumah tangga, padahal sungguh pernikahan paksa itulah yang merupakan hal 'kelainan' bagi aku. sejuta kali aq protes kepada keluarga "kenapa pernikahan aku tidak wajar, tidak seperti sodara-sodaraku yang lain..??"  dengan ringan Ibuku menjawab: "geus taqdir Ateh ieu mah nurun ti Bibi, tuh tingali Bibi baheula embung-embungan ari geu kawin mah awet nepi ka ayeuna rendeuy budak".... adiku juga bilang "jodo, pati, bagja, cilaka" anging taqdir tinu kawasa..... Yaa Alloh..... meski kepada siapa aku bagi airmata kesedihan ini..???

Aku bertanya kepada teman, jawabnya bahkan hampir senada "semua pasti ada hikmahnya", "sabar" dan sebagainya dan sebagainya, aku konsultasikan masalah ini tapi ternyata percuma sebab hanya dijalani sendiri, sekali waktu aku ingin membawa kisah ini kepada 'Komnas Perlindungan Perempuan' tapi lagi-lagi aku khawatir dengan banyak hal. Aq bingung dengan apa yang harus aku lakukan, tak ada seorang sepertinya yang berpihak terhadap derita yang aku alami ini, hanya dengan air mata dan TULISAN ini aq 'mengadu' tentang semua derita yang aku punya, tentang kesedihan yang sedang menimpa. Semoga dari sekian yang membaca ada beberapa yang merasakan derita aq & mau berpihak kepadaku meski hanya sekedar dukungan moril & do'a...... 

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com