Minggu, 30 Oktober 2011

Bodohnya Diriku, Menikahi Laki2 yg TIDAK aQ Cintai


::: Ah sayang aku tidak pandai menulis & bercerita, jadi mungkin aga kurang manarik, tapi semoga mewakili kisahku, meski kisah ini belum tuntas :::

Kisah cinta ini dimulai dari seorang temen akrabku sebut za G memperkenalkan aku dengan seorang laki-laki biasa, tukeran no hp & saling add-konfirm akun FB, temenku G menceritakan banyak hal tentangnya; suatu ketika kedatangannya ke kotaku meski tidak sengaja untuk menemuiku, ternyata membawa arti semakin bermakna; kebetulan hari itu (15 April 2010) ada jadwal ke kantor pajak.


Percakapan Pertama begitu mencengangkan.... saat aku tanya - padahal hanya untuk memastikan biar dia mau bercerita banyak, sebab temanku G sudah menceritakan banyak hal bahwa dy sudah pernah beristri dan sudah berpisah sejak 1 th lalu beranak 2, istrinya akan segera meninggalkannya pulang ke negeri jiran dst kurang lebih begitu cerita temenku G);


"aku sudah menikah & beranak dua" jawab laki-laki itu sebut za A (pdahal maksudnya 'sudah pernah menikah')  Namun aq terlanjur terburu-buru menyimpulkan saat  itu kalo A sudah/sedang dlm keadaan beristri, terlanjur jatuh hati pada percakapan pertama, dalam benakQ aku ga peduli mau dijadikan yang ke-2 pun aku ikhlas... saat itu pula saat beres urusan dari kantor pajak, aq menyertai dibonceng di motornya; aku tidak perduli mau dibawa kemanapun, aq berharap ke tempat indah yg bisa mengenal lebih dekat lagi... dan ternyata luar biasa, sesampainya di rumah kecil & sederhana, kita jumpai seorang ibu tua setelah salam & diciumi tanganya aku pun ikut apa yg dilakukannya meski aga ragu & kaku... sambil memeluk tubuh Ibu tua, "Teh, kenalin ini 'Ema'Q (ibu), lalu dy mengarahkan pandangannya ke arah aq "Ema ini WQ calon mantu Ema yg baru" mendengar smua itu "kaget bercampur bangga" (malu2 tp mau) aku tersipuh....
"Teh mangga ngobrol za dulu sama Ema, aku izin dulu bentar mau ngambil barang pesanan, khawatir tokonya kburu tutup" sambil dy memakai jacket & helm. Aku pun ngobrol banyak dengan 'Ema' seputar A.
Perjalanan yang bgitu cepat..... 

Sampailah pada kesimpulan "sosok laki-laki" inilah yang aQ cari selama 36 tahun ini, dy bgitu sempurna dimataku, meski aku menyaksikan ada banyak celah kosong kemanusiaan (baca: kelaki-lakian) tapi aku yakin aku lah yang akan bisa menutupi celah kekosongannya....

Akhirnya waktu & kesempatan sering membawaku pada semakin dekatnya hubungan aq dengan 'A' kekasihku; sampai suatu hari A meminta aku mengajak menghadap Ibu tercintaku, sesampai di rumahku A duduk dengan segelas kopi manis yang aku bikinkan spesial; aku pun mengenalkan A kepada Ibu bgitupun sbaliknya, kepiawaiannya dalam berrkata-kata membuat ibuku seolah terkagum untuk pertemuan pertama. namun tidak aku sangka ternyata pemberitaan sudah sampai lebih cepat ke telinga Ibu & keluargaku kalo laki-laki kekasihku itu sudah beristri & beranak dua. 1jam lebih sudah terlewati, dia segera pamit, aku antar sampai motornya melaju, aq pandangi dengan penuh harap, sampai akhirnya motor belok gang, dia harus pulang ke luar kota malam ini juga, kota yang sudah tidak asing bagiku, karena sebelumnya aku sempat hadir ke kota kecilnya itu menghadiri beberapa event bersama teman-teman dekatku, bahkan aku pernah menginap di Warnetnya rame-rame bersama teman-teman dari Bandung, stelah sebelumnya dia + 1 anaknya laki-laki usia SD mengantar kami ke tempat acara malam itu, meski lampu mobilnya ada kendala akhirnya sampai juga di tempat acara. Sepulangnya dia, ibu langsung menanyakan tentang status & pekerjaan dia, ah sayangnya ibuku tidak menanyakan pada saat dia ada biar pertanyaannya bisa langsung dia jawab tanpa harus melalui aku, khawatirku salah dalam menyampaikan, kebiasaan buruku sering salah bila dalam kondisi tegang seperti itu, sering berkata IYA padahal sebenarnya yg inginh dikatakan TIDAK ato sebaliknya, mulut sering tak terkendali diluar kesadaran.

"Jiga anu udah keluarga eta mah Teh?" tanya Ibu, lalu aku spontan menjawab "IYA malah udah punya anak dua".
"Kasep jeung sholeh jiganama nya teh, pantesan ateh jiga nu bogoh pisan, Memang Ateh mau di dua?" ibu menyusul dengan pertanyaan ragu & nampak khawatir.  "Ih ari Ema, da bogohmah teu karasa ku batur, ieu pisan selera ateh, ieu nu diteangan ku ateh 36 tahun ieu, ateh mah ridlo dina enya na ge mun kudu jadi nu kadua" jawabku yakin....

Tiba-tiba Ema sambil berurai air mata berkata lagi: "Ema mah teu ridlo lamun ateh di dua atawa jadi nu kadua"  Tersentak jiwaku mendengar semua itu.... Astaghfirullahal'adzim, aq telah membuat Ibu tercintaku menangis..... Aku ingin memastikan & mengklarifikasinya apa benar kekasihku masih beristri, aku call saat itu juga tapi tidak diangkat karena masih di motor barang kali; selang beberapa lama saat resahku belum mereda, tiba-tiba HP ku bergetar tanda SMS masuk, aq buka, ternyata dia mengabari sedang istirahat di POM tempat kita bertemu biasanya jika dia hendak ke kotaku. Saat itu juga aku call & langsung aku pada pertanyaan pokok;

"Apa iya A udah nikah" tanyaku di telp,

"Iya, kan udah dibilang sejak pertemuan pertama di kantor pajak waktu itu, bahwa aku sudah menikah beranak dua, jadi bukan bujangan lagi" jawab dia tenang,

"Lalu waktu aku ke kotamu, mampir di warnetmu kenapa tidak dikenalkan istrimu" tanyaku menyusul.

"Istriku dulu, mamahnya anak-anaku saat itu lagi sibuk mempersiapkan pulang ke negeri seberang, diundang oleh calon suaminya, karena mungkin pernikahannya akan lebih dulu dari kita" Jawabnya tenang tapi mengagetkan aku, kaget bercampur bangga mendengar semua itu.

"Maksdunya A (ayah) udah bercerai gt??" tanyaku penasaran,

"Iya 1 tahun lalu makanya aku mencari pengganti yang bisa mendampingi aku & sayang pada anak-2ku & ibuku, semoga perempuan itu dirimu, aku masih sering di rumah karena menyelamatkan anak-anak dari fitnah, makanya orang lain menyangka hubugan kami baik-baik saja, sampai pada akhirnya nanti mamah menikah & pulang ke negeri seberang, anak-anak diberikan kebebasan mau ikut siapa, tapi cenderung ikut mamahnya karena kafasitasnya lebih nyaman & mendukung barang kali dibanding aq yg serba terbatas kafasitasnya, kecuali Teteh anak pertama ia masih ragu mau ikut siapa"
Jawabnya panjang lebar & khas tawadlunya membuat aku terenyuh....

Namun saat aku tanya kenapa bercerai, dia tidak memberikan kejelasannn jawaban, dia cuma bilang "ada hal prinsip yg tidak bisa mempertemukan kami" jawabnya sambil tetap suaranya santai tapi menembus hati & ruang kesadaranku.

Tak terasa, nelp terlalu lama hampir 1 jam, maklum hati yang penuh cinta ditambah lagi pulsa gratis menyempurnakan kenyamanan aq mendengar suaranya, sampai lupa kalo aku ingin mengklarifikasi berbekal jawab itu ke Ibuku yang sudah terlanjur salah persepsi, tapi Ibuku udah tidur.... aku berencana besok aku sampaikan semmua ini ke Ema.....

Pagi yang indah, mencerahi jiwa-jiwa indah penuh cinta, aku cari Ema biasanya Ema tidur kembali setelah shalat malam lalu shubuh, ternyata pas aku liat ke kamarnya Ema tidak ada, padahal aku ingin sekali menyampaikan obrolan semalam bersama kekasihku.

tiba-tiba HPku bergetar, ada SMS masuk aq harap dari dia kekasihku, aku rindu dg  kata-kata indahnya...

"smga pagi yg mbawa berkah, jangan pernah berhenti untuk berjuang apa lagi berhenti berfikir, harapQ pada ikhlasmu, berbuatlah untuk masa depan kehidupan dunia & akhirat kita"  walah smsnya pas banget dengan suasana jiwaku, seolah dia tau kondisiku saat ini..... Sambil SMS an panjang lebar aku tunggu Ema, tidak muncul juga.....

Setibanya Ema di rumah aku sedang asik OL di HP, biasa kalo udah buka FB kadang sering lupa waktu, apalagi pas ada koment2 seru teman-teman akrabku di dunia maya..... Sampai akhirnya aku lupa hendak menyampaikan hal penting ke Ema, hingga waktu terus berlalu....


Akhir MEI 2010

"Maafkan aku hari lahirmu tak bisa aku sertai, hanya lewat kata & do'a kutitipkan keberkahan umurmu" kata-kata SMSnya menutupi rasa kecewaku; dua hari setelah hari lahirku dia sms aq....
"Hi, aq jemput dirimu di rumahmu yach, 3jam lagi aku tiba, tunggu aku dikotamu, meski terlambat hadiah hari lahirmu tapi semoga tak menghilangkan makna...."  kaget bercampur bahagia, saat yang ditunggu-tunggu, ach... spontan aq jawab smsnya   "Oche Cinta... ttdj jaga diri jaga hati"
Ah sudah ga sabar jiwa ini, setiap adaa suara motor lewat gang, aku berhadap dia....banyak motor yg lewati gang sampai pada akhirnya saat itu tiba, dia turun dari motor lalu sengaja aku melambatkan membuka pintu, akhirnya keduluan sama adiku yg lebih dekat ke pintu membukakannya, "Assalamu'alaikum" ah salamnya yang khas selalu terdengar di telingaku, "wa'alaikum salam" aku berlari dari belakang rumah, aku sambut dia dg ketegangan yg luar biasa entah knapa tidak biasanya; "masuk yu nunggunya di dalam, aku mo bawa dulu tas d kamar sambil mo pamitan ke Ema" ajakku meski tegang tapi lancar, "nunggu di sini za Teh, biar lebih nyantai" jawab dia sambil sibuk menerima telp yg masuk. saat dia nelp di kursi teras, pas aku mau pamitan ke Ema, tiba-tiba Ema marah & menangis, aku bingung tidak pernah Ema semarah ini' ada apa sebenarnya?? kejadiannya begitu cepat & diluar dugaan, Ema seolah mengusir dia pergi, aku yg tidak tahan menyaksikan Ema sbegitunya akhirnya seolah mnyuruh dia pergi, padahal maksud aku ingin menenangkan suasana; akhirnya dia pergi tidak sempat meski skedar minum air bening pun;

"Makasih yach, semoga aku tidak pernah kecewa dengan takdirNYA" itu lah suara terakhir sbelum dia meninggalkan rumah. air mataku mengalir deras sulit mereda, aku malah seperti menyuruh cepat dia pergi, ah tindakan yg seolah diluar kendaliku, baru aku sadari setelah dia pergi aga lama.



masih nyambung....

Ramadhan 1413 H.,



5 komentar:

al-ghiffary mengatakan...

a terharu...sambungannya jangan lama lama ya...jadi penasaran

susukan deet mengatakan...

geura teraskeun sambunganna Ceu Hajiii .....

Wulan Q Amillah mengatakan...

Mangga, pidu'ana; mugi janten Ibroh kanggo nu sanes...

Keyla Dinantie mengatakan...

Tidak dibolehkan bagi wali, baik bapak maupun lainnya menikahkan orang yang di bawah kekuasaannya tanpa kerelaan darinya. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:

الأَيْمُ أَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا ، وَالْبِكْرُ تُسْتَأْذَنُ فِي نَفْسِهَا وَإِذْنُهَا صَمَاتُهَا

“Janda lebih berhak bagi dirinya daripada walinya. Gadis harus dimintakan izin padanya. Dan izin (perstujuannya) adalah diamnya.” (HR. Muslim, no. 1421)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bawah Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

لا تُنْكَحُ الأَيْمُ حَتىَّ تُسْتَأْمَرُ ، وَلاَ تُنْكَحُ الْبِكْرُ حَتىَّ تُسْتَأْذَنُ . قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ وَكَيْفَ إِذْنُهَا ؟ قَالَ : أَنْ تَسْكُتَ (رواه البخاري، رقم 4843 ومسلم، رقم 1419)

“Janda tidak dinikahkan sebelum diminta perintahnya. Dan gadis tidak dinikahkan sebelum diminta izinnya. Mereka bertanya, bagaimana izinnya wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Jika dia diam. ” (HR. Bukhori, no. 4843 dan Muslim, no. 1419).

Sebagaimana seorang wali dilarang mempersulit menikahkan orang yang berada di bawah wewenangnya atau menghalanginya menikah dengan orang yang disukai jika setara dengannya. Nabi sallallahu’alaihi wa sallam telah bersabda:

“Jika datang kepada kamu orang yang engkau sukai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Kalau tidak, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan besar.” (HR. Tirmizi, no. 1084, dihasankan oleh Al-Albany. Silakan lihat soal no. 32580).

r_aditya_s mengatakan...

AKU, merasa dekat dengan mereka... Pertemukan mereka kembali!!!

Template by : kendhin x-template.blogspot.com